namun ternyata setelah aku beranjak dewasa dan lingkungan bergaulku semakin luas, aku kian mengarti bahwa apa yang pernah ku inginkan itu bukanlah alat ukur kebahagiaan, bukan pula jaminan ketentraman. bahkan terkadang rupiah yang dihasilkan akan berbanding terbalik dengan kebahagiaan yang akan didapat, dan hal itu ku dapati di beberapa hal. tapi hidup ku tak terhenti hanya sampai disitu, lalu aku berjalan dan melihat lagi. ku temui sesuatu yang berbeda. mereka yang begitu berkecukupan bisa hidup dengan sangat bahagia, ku pikir inilah yang ku cari tapi ternyata penyebab kabahagiaan mereka bukanlah harta yang telah ada, melainkan bagaimana mereka berfungsi sebagaia manusia yang penuh cinta, menjadi seorang anak yang selalu tampil seadanya, menjadi ibu yang tak pernah meremehkan hal-hal kecil terutama di depan anak-anaknya juga menjadi seorang ayah yang selalu mengajarkan anak dan istri untuk bersyukur dengan apa yang telah ada hari ini, bukan kemarin dan bukan mimpi untuk besok hari.
dan kini kau mengerti, bahwa mamah dan papah pun selalu berusaha untuk mengajarkan itu pada kami anak-anak mereka, meski mungkin dengan hasil yang berbeda namun begitu terasa bermakna.
aku pun menyadari, bahwa hidup yang kita miliki adalah hari ini, bukan milik kita yang telah lalu dan bukan pula hak kita akan yang belum terjadi. lalu bila memang hanya hari ini yang kumiliki, mengapa tak ku lakukan yang terbaik yang ku mampu karena aku tak akan pernah tau apakah esok masih boleh ku jalani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar