dia stres lalu depresi setelah semua yang terjadi dalam hidupnya..
perusahaan keluarga yang turun temurun harus gulung tikar karenanya
sang isteri pergi karena tak mau hidup susah setelah semua yang terjadi
anak-anaknya dibawa oleh ibu mereka..
lalu dia hidup sendiri, diam dengan tatapan menerawang ujung pandangan mata..
selalu dan selalu
hingga dia tak lagi tau orang-orang disekitarnya
sebagian orang bilang, itu karena kurangnya iman..
sebagian lagi karena tak punya pegangan..
aku selalu menjadi yang terlihat
ku dapati hampir semua yang ku mau
ku akui aku bahagia dengan semua yang ada
ku jalani dengan sepenuh kesadaran diri
ku beri terbaik yang ku mampu
namun itu kataku..
bagaimana dnegan orang lain?
samakah?
atau sebaliknya...
berbicara sendiri untuk menenangkan diri
menghayal untuk hilangkan cemasku
airmata menjadi saksi dari itu semua
berangan menajdi orang yang superior
padahal lemah diriku telah nyata untuk mereka
benarkah yang aku lakukan?
tepatkah?
keliru..
mungkin akhir yang akan sama dengan dia...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar